Selasa, 10 Mei 2011
15.47 WIB
Aku hari ini kebetulan berpapasan dengan dosen yang aku tunggu-tunggu Wakil Dekan 1... Setelah seusai kuliah Peliputan investigasi, aku menuju gedung fakultas lantai dua untuk menemui salah satu asisten lab fotografi. Namun setelah aku bertemu dengan beliau. Tidak jelas alasannya aku merasa bahagia dan terlindungi.
Aku langsung dipanggil masuk keruangannya, yang berada disamping ruangan Dekan. Aku mendapatkan wawancara singkat, dan beberapa pertanyaan. Memang sedikit shock pada saat ditanyai tentang pemalsuan data.
"Coba ceritain masalah kamu."
Lalu aku menjelaskan semuanya, dari mulai telat dalam pembayaran, kekurangan uang, hingga tiba pada satu pertanyaan.
"Apa kamu sadar satu hal yang ngebuat semuanya geger?" tanya beliau dengan tegas.
Namun dalam kasus dihari ini, aku seperti sedang berbicara dengan ibuku sendiri, aku mengaku secara gamblang, dan sangat menyesal namun tidak takut untuk mengungkapkan semua kesalahanku saat ini.
"Iyah bun, aku udah ngelakuin pemalsuan data... menambahkan angka satu di depan angka empat pada surat perjanjian yang sudah ditandatangani diatas materai enam ribu. Alasannya cuman pingin memperpanjang masa aktif pembayaran supaya mendapat kelonggaran bun..." jawabku dengan tenang.
Layaknya seorang ibu... Beliau tidak memarahiku, beliau hanya berkata "kalo begitu kamu harus meminta maaf kepada dosen yang sudah kamu hadapin sebelumnya", dan beliaupun menasehatiku agar tidak melakukannya lagi. Akupun hanya menjawab iyah... dan aku akan meminta maaf secara sungguh-sungguh kepada dosen tersebut.
Sebenarnya masih banyak yang ingin dibicarakan kepada beliau, namun nampaknya beliau sedang sibuk. Mungkin lain kali, dan kata-kata terakhir yang memotivasiku dan sedikit membuatku tenang setelah sehari kemarin lemas akibat kata-kata cuti adalah, "kamu harus kuliah, tapi jangan ngelakuin kecurangan. bertindaklah secara jujur"... Dari sekian dosen yang ada di Universitasku, aku baru kali ini mendapatkan dosen yang menurutku berperan sebagai ibu penggantiku di kampus.
Aku tidak menyesal dicutikan, aku tidak menyesal harus mengulang, yang aku harus lakukan saat ini hanya meminta maaf dan berlaku jujur. Walaupun selama ini aku tidak pernah mengeluh kepada orang tuaku masalah biaya kuliah, yang memang aku sendiri sangat butuh. Tapi aku hanya berharap Universitas tidak memanggil orang tuaku kedalam lingkungan kampus. Karena kuliahku saat ini adalah tanggung jawab penuhku yang harus aku tanggung semua resikonya. Ini adalah hukuman moral buatku, yang imbasnya sampai kepada orang lain. Dan aku merasa teguran beliau hari ini, adalah percakapan yang menyenangkan tanpa harus membuat mentalku down untuk menjalani hidup. Dan tentunya aku akan lebih bekerja keras mendapatkan uang supaya tidak terlambat lagi membayar kuliah di semester depan.
Posting Komentar